Sub Judul: Kejutan dari Andi! |
Ayo, baca cerita sebelumnya:
Hari yang baru. Hari ini aku bersemangat untuk bertemu Bidadari Kancutku yang begitu sehat. Begitu bahenol. Hingga ingin kusenggol. Tidak pakai pinggul karena aku tak berani. Tapi menggunakan hati. Eeeaaa, hatiku tertawa geli.
"Ricky, aku ada berita baik!" Andi melompat kebahuku dilorong sekolah. Berat sekali.
"Tentang Aura?" tanyaku kegirangan hampir terpeleset.
"Bukan. Tentang aku dong, kau pikirannya Aura melulu sih." ia tersenyum.
Aku bingung. Tak biasanya Andi seperti ini. Ia seperti orang kesurupan dengan mata terbelalak dan air liur menetes. Bukan. Ia lebih seperti anjing yang menunggu perintah tuannya. Atau mungkin seperti gorilla yang menggaruk-garuk pantatnya. Aku jadi terbawa suasana menggaruk pantat dan diam terpana. Gila. Pikiranku melanglang buana.
"Apaan sih? Seneng amat kau." aku membetulkan tas.
"Aku jatuh cinta dan ia sudah menjadi milikku." ia mengedipkan matanya.
Ambigu. Aku bukan orang yang lugu. Jangan sampai orang itu. Aura. Jangan sampai. Aku bukan orang yang lalai. Tak mungkin orang segendut Andi bisa mendapatkan hati Aura. Tak mungkin. Aku tak ingin hatiku miskin.
"Tau Tirani kan? Ituloh yang agak-agak gendut manis. Kami udah jadian. Hehehe" jelasnya gamblang.
Tirani. Wanita itu. Betul, disaat aku dan Aura bersama-sama ke kantin namun tak jadi. Tidak mungkin. Aku sudah didahului oleh sahabatku. Ya Tuhan, apa salahku hingga ini bisa terjadi. Dua sejoli bersatu, ini sebuah tragedi. Aku merasa berdosa tak bisa mencarikan jodoh untuk Andi.
"Ayo, ky. Masa aku yang gendut aja bisa duluan dari kau." ia berlagak sombong.
Songong banget. Tentu saja, pikirku. Tirani itu jelek, mata saja banyak belek dan baunya mirip ketek. Jelas saja susah mendapakan Aura dibanding Tirani. Kata-kata itu seakan sudah diujung mulut, tapi aku takut. Aku tak ingin merusak kesenangan sahabatku. Ia sungguh aneh. Biarlah.
Tercium harum yang khas. "Hey, Ricky. Ke taman yuk?" Aura menghampiriku.
Belum saja selesai dengan Andi, ada seorang bidadari. Ia kancutku sejati. Yang kucinta hingga mati. Sepenuh hati.
"Aku? Dengan kamu? Berdua?" tanyaku tak yakin.
"Iya. Masa dengan Andi sih. Kita berdua. Hahaha." ia tertawa sambil menutup mulutnya.
Batinku ikut tertawa serasa ada yang menyeret dan membawa. Tangan Aura. Apa? Ia menarikku. Tangannnya menyentuhku. Mimpi apa aku semalam. Oh iya, yang jelas bukan bermimpi ayam berkancut merah itu lagi.
"Andi, aku tinggal dulu yah. Selamat bersenang-senang dengan Tirani." ujarku sambil tertawa.
"Jangan cepat-cepat dong. Kamu jalan cepet amat deh." ujarku lagi.
Ia kembali pelan. Tangan kami masih menyatu. Aku ingin hati kita juga begitu. Tapi tampaknya sulit dan urusannya bebelit. Aku harus menyelesaikan masalah, aku tak boleh salah. Tapi kali ini aku tak setegang dulu. Mungkin karena aku sudah mencukur bulu. Untuk apa? Karena aku tak akan malu. Tak akan malu ketika Aura menyentuh diriku.
Kami duduk diatas batu, ditaman. "Ricky." Aura menyengir.
"Eh, kenapa?" aku ikut menyengir.
"Kamu pegang tanganku. Ntar dikira ada apa-apanya loh." ia mencoba melepaskan.
Aku lepaskan tangannya lalu kutatap matanya. Ia hanya tersenyum. Mengembangkan bibirnya, bukan sayapnya.
"Kamu itu orangnya lucu. Kamu selalu membuatku tersenyum." ia mencolek tubuhku.
Tampaknya Aura memang gila. Aku tak berkata apapun ia tersenyum. Apalagi aku cium. Tidaak, aku tak akan mencium kancutnya. Itu tak mungkin. Sayup-sayup angin membuatku semakin merinding. Aura horor, pikirku. Ia tak seromantis kemarin. Ini pujian terkejam yang pernah aku terima.
Disela-sela perbincangan kami Andi dan Tirani lewat. Mereka terlihat mesra, bahkan lebih mesra dari kami berdua. Mereka benar-benar cocok. Tak terlihat cekcok dan terlihat mereka hanya bersenggama tangan. Aku mauuu seperti ituuu dengan Auuura... hatiku histeris. Tapi apa daya, aku bagaikan pepaya. Sudah berupaya tetap saja dimakan dengan manusia. Aku babu Aura, hatiku menjerit.
Hari ini hanya sampai disitu, aku masih dipuji dan dijadikan pembantu. Oleh Aura. Ia sekejam Ibuku yang mengatakan aku monyet. Huuuuuuaaahhh, aku iri padamu Andi, aku menangis dan meringis.
Kami duduk diatas batu, ditaman. "Ricky." Aura menyengir.
"Eh, kenapa?" aku ikut menyengir.
"Kamu pegang tanganku. Ntar dikira ada apa-apanya loh." ia mencoba melepaskan.
Aku lepaskan tangannya lalu kutatap matanya. Ia hanya tersenyum. Mengembangkan bibirnya, bukan sayapnya.
"Kamu itu orangnya lucu. Kamu selalu membuatku tersenyum." ia mencolek tubuhku.
Tampaknya Aura memang gila. Aku tak berkata apapun ia tersenyum. Apalagi aku cium. Tidaak, aku tak akan mencium kancutnya. Itu tak mungkin. Sayup-sayup angin membuatku semakin merinding. Aura horor, pikirku. Ia tak seromantis kemarin. Ini pujian terkejam yang pernah aku terima.
Disela-sela perbincangan kami Andi dan Tirani lewat. Mereka terlihat mesra, bahkan lebih mesra dari kami berdua. Mereka benar-benar cocok. Tak terlihat cekcok dan terlihat mereka hanya bersenggama tangan. Aku mauuu seperti ituuu dengan Auuura... hatiku histeris. Tapi apa daya, aku bagaikan pepaya. Sudah berupaya tetap saja dimakan dengan manusia. Aku babu Aura, hatiku menjerit.
Hari ini hanya sampai disitu, aku masih dipuji dan dijadikan pembantu. Oleh Aura. Ia sekejam Ibuku yang mengatakan aku monyet. Huuuuuuaaahhh, aku iri padamu Andi, aku menangis dan meringis.
Kejutan oleh Andi dan tangisan buat Ricky. Aura masih saja memanfaatkan cinta Ricky. Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Nice post kaka =))
BalasHapuspengen cepet" selanjutnyaaaaa *penasaran
BalasHapussian deh yang keduluan sama yg gendut #freepukpukforricky :p
BalasHapusKasian si Ricky muahaha. Ditunggu kelanjutannya kak!:)
BalasHapus=.=
BalasHapuskak, lu pengalaman ya?
pengalaman dimanfaatin atau manfaatin? ahahaa
@Rachmad Algani aku jadi terharu bang :3
BalasHapus@senny12 Hihihihi ^_^
BalasHapus@Dika Arianti Lestari hahaha, bantuin #freepukpuk
BalasHapus@senja vidia putri Oke deh senja :)
BalasHapus@F u n y Hahahaha.. nggak kok fun, aku biasanya memanfaatkan :3
BalasHapus@Amirahma Dea Guntoro Kasian sih kasian, titiknya banyak amaat hahahaha ^_^v
BalasHapusampe part berapa ini sith?
BalasHapus@beby Liat aja ntar ^_^ Mampir aja tiap hari hehehe
BalasHapusentah kenapa aku ketawa pas baca, ia kancutku sejati, yang kucinta hingga mati. sepenuh hati. lebaynya gak ketulungan.hahaha
BalasHapusditunggu kelanjutannyaaa :p
kancut kancut.. lanjtkan.. ^^
BalasHapus@Rusydina Tamimi ♥ muehuehuehue~ Salahin Ricky, jgn salahin aku :p Oke deh nekmut *.*
BalasHapus@Erlangga Kusumawijaya Hihihi.. mas erlangga ngikutin ceritanya dari awal, makasih mas, okedeh ~(^_^)~
BalasHapusagak 2 gendut manis. heheh jadi inget pangeranku yg ndut tapi manis
BalasHapusnext next next.......^____^
BalasHapusAura ini belum kena batunya, kalo kena baru tuh
BalasHapusBersenggama tangan? @_@
BalasHapusbang ada award buat bang basith disini http://dakapuchino.blogspot.com/2011/12/ulang-tahun-31-11-1-2011.html ultah nih blog anee :D
BalasHapushm.... cepetan donk lanjutannya...... :-)
BalasHapusmuahahahaha :D
BalasHapusdi tunggu kekancutan nya *eh kelanjutannya :)
hmmmm,belum baca cerita sebelumnya,eh bersambung lagi...hehee
BalasHapus@Sang Cerpenis bercerita ndut ndut manis hihihi :p
BalasHapus@kyong_wakano Oke deh :3
BalasHapus@Andaka Pramadya Wahahaha~ Iya nih bang kalo kena batunya baru tau rasa :p
BalasHapus@Untje van Wiebs Iya una, bersenggama tangan *.*
BalasHapus@Andaka Pramadya Waaah.. oke oke, aku meluncur kesana bang ^_^ makasih :3
BalasHapus@alaika abdullah Iya mbak hehehe ^_^
BalasHapus@Liberto Tri Putra Oke bang kolor ijo, eh, beto ijo hahaha :p
BalasHapus@Atma Muthmainna Hehehe.. kalau berkenan baca aja cerita sebelumnya ^_^
BalasHapus