Monolog: Kisah Putih Ombak Pilu Bukan Halangan Yang Tak Dianggap Tawamu Yang Terakhir

Selasa, 10 Januari 2012

Underdog Bagian 2

Underdog: Perasaan yang
abstrak
Ayo, baca sebelumnya:
[Underdog Bagian 1]

Masih dalam kebisuan batin dengan tetes jiwa membasahi muka. Aku mengelapnya. Menggunakan sehelai sapu tangan yang selalu kubawa. Bercorak batik dengan motif sunda, sedikit luntur dan ternoda. Mungkin karena sudah lama ku pakai. Sapu tangan itu semakin terlihat kusam setelah kugunakan untuk mengelap barusan.  Sekejap pandanganku melebur dalam jutaan spektrum warna saat kulepas kaca mata. Aku buta? Sepertinya tidak. Aku masih bisa melihat sayup-sayup bayang banyak orang.

Pletak. Tanganku seakan kehilangan beban, sepertinya aku menjatuhkan sesuatu yang penting. Aku meraba meja serta bangkuku, namun masih tak kutemukan. Aku meraba saku celana dan baju, masih sama. Kaca mataku, ia jatuh. Dimana? Aku tak dapat melihatnya dengan jelas.

"Aduh, apa ini?!" kepalaku membentur sesuatu kala merebahkan tubuh dan mengais lantai.

"Ngapain kau, john?" tanya seseorang.

"Kaca mata. Kaca mata?!" aku terus mengais lantai tak peduli panggilan siapapun.

"Aku menemukannya!" teriakku gembira. Aku langsung memakai kaca mata itu dan langsung berdiri. Plaak. Untuk kedua kalinya kepalaku membentur sesuatu. Kali ini pada bagian belakang kepala. Aku memegangnya tanda kesakitan. Meja. Ya, ternyata sebuah meja.

"Hahaha. Bodoh!" aku mendengar puluhan orang mengatakannya. Sadis.


Hatiku semakin tertekan tanpa daya. Tak ada yang dapat kulakukan selain tertunduk malu. Aku memang bodoh, aku memang tak memiliki apa-apa. Aku mengais puing-puing hati dalam tawa kesedihan. Air mataku kembali menetes, aku tertunduk lemas diatas bangku. Aku menghayal semu.

Jika aku seorang penyair, aku ingin menggoreskan kepedihan ini dalam rangkaian syahdu penuh hikmat. Aku ingin membuat orang hidup dalam tulisan semuku. Bila aku seorang pelukis, aku mau tawa sendu ini menjadi sebuah senyuman pelangi. Melengkung dalam dinamika warna ketenangan jiwa. Andaikan aku seorang pelawak, hasratku menggumpal membuat hati seseorang bersinar. Andaikan saja.

Semua orang berhamburan tepat disaat lonceng dibunyikan. Seperti lomba lari. Persis. Aku melangkah keluar. Berhenti sejenak. Aku memperhatikan saja dari pintu kelas. Bersandar pada engselnya. Aku memulai langkah untuk keluar kelas namun ada yang mengganjalku, harapan. Ya, aku berharap akan bertemu Dewi sebentar hari ini. Sekedar melihat wajahnya lagi. Dalam pikiran singkat itu, aku merebahkan tubuhku lemas dan terduduk. Mendekap kedua kaki dan kembali menunduk.

"Hey, jangan melamun!" ada tangan yang melambai didepan mataku. Dewi.

"Kamu..." aku langsung meloncat dan berdiri. Sama seperti pertama kali kita bertemu, "Halo?", tanyaku menggantung sambil membetulkan kaca mata.

"Halo juga. Uhm, yang semangat dong!" serunya lalu tersenyum.

"Maksudmu?"

"Nggak ada maksud apa-apa" senyumnya semakin lebar.

"Oh." balasku singkat.

"Sampai nanti yah! Aku pulang kerumah dulu, udah dijemput." lanjutnya menepuk bahuku dan berlari meraih jemputan.

Aku hanya tersenyum dan memulai langkahku. Mengikutinya dan aku menikmatinya sampai ia hilang dari pandangan, lalu aku mengubah haluan. Taman. Aku tak langsung pulang karena masih ada pelajaran tambahan. Sungguh. Ini hari yang buruk, namun setidaknya aku mendapatkan teman untuk pertama kalinya. Tidak. Kami bukanlah teman, bahkan aku tak mengenalnya secara baik. Itu hanya sebatas perkenalan. Batinku tersenyum. Aku mengambil selembar kertas putih dari ransel hitamku, mencari pohon yang rindang  lalu melukis wajahnya yang penuh keteduhan. Dewi.


Perasaan yang abstrak dari John. Apa yang akan terjadi selanjutnya?


Bagikan Artikel di:

24 komentar:

  1. Hmmmm selalu dengan kisah yang ringan dan bisa dinikmati siapa saja, nice... lanjutt

    BalasHapus
  2. waaahh.,minusnya si john brp tuhh?mpe gak bisa ngeliat kacamatanya yg jatoh?

    next next next
    ^___^

    BalasHapus
  3. ksian amat sih john, abis deh kepala nya kejedot mulu =P
    btw, suka pilihan katanya nih. bagus! =)
    dtunggu klanjutannya

    BalasHapus
  4. Sip.. Tulisanmu keren Basith. Jadi makin penasaran. Lanjutkan.. :D

    BalasHapus
  5. @kyong_wakano berapa yah.. -7 kali #eh *emangnya ada xD* hahaha

    BalasHapus
  6. aduuh aku jadi terbabu bang :( eh terharu :D
    btw si john itu buat aku aja lah bg, kan sma2 kcamata .
    " dewiii, jgn merebut john darikyuu "

    BalasHapus
  7. Diksinya itu dewa banget deh.
    Johnnya kaya yg mnyimpan rasa sama dewi :D
    Lanjut lanjut bangsith »

    BalasHapus
  8. @Bepbep Hahaha xD ambil ambil silakan, aku ambil dewinya yah xP

    BalasHapus
  9. kunjungan perdana sobat sambil menyimak postingannya,

    BalasHapus
  10. wah postingan yang menarik...
    oya gan kalo boleh saya mau tukeran link..ini link saya
    http://blog.umy.ac.id/ghea
    kalo sudah terpasang kabarin yh gan..makasih.. :D

    BalasHapus
  11. gitu deh, cowo kalau ketemu cewe hati langsung berdebar-debar...dan salah tingkah :p

    BalasHapus
  12. sepertinya john termarginalkan sekali, miris

    BalasHapus

Komentar tidak melalui seleksi apapun. Jadi, ayo berkomentar! Tapi yang beretika yah. Terima kasih untuk tidak jadi Spammer. ^_^

newer posts older posts back home