Monolog: Kisah Putih Ombak Pilu Bukan Halangan Yang Tak Dianggap Tawamu Yang Terakhir

Rabu, 04 Januari 2012

Dusta Penghancur

Sendiri. Dalam keheningan yang nyata aku terbuai akan pikiran masa lalu. Ia terus menghantuiku hingga kini. Aku tak mampu menahan gejolak jiwa dari letupan dusta yang menghancurkan semangat. Saat ini. Disudut kamar aku terduduk, melihat cahaya mentari yang menembus hati. Aku masih merasakan keharmonisan alam dengan berjuta keindahannya. Hatiku tak secerah langit siang itu.

"Kamu kenapa termenung disitu, nak?" sahut ibuku dari pintu kamar yang terbuka.

Aku terkejut dan menoleh. "Um, nggak ada apa-apa kok ma," jawabku lalu kembali melihat menerawang jendela.

Bayangku melanglang buana entah kemana. Pikiranku seakan terkontaminasi akan perkataan masa lalu itu. Mati! Sepenggal kata yang membuat batinku hancur, yang membuat jasadku melebur dalam tawa ketakutan. Aku hanya bisa terpaku diam dalam perangkap semu. Aku mati?

"Jika tawa akan hadir dalam pelukan. Aku ingin.
Jika senyum mengobati luka goresan. Aku rela."

Aku seakan pasrah dalam kebuntuan resah. Rasa ini terlalu abstrak untuk kurangkai dalam kata. Rasa ini terlalu sulit untuk terucap. Kematian yang sekejap dalam iringan senyum dan tawa, mungkin akan dapat kuterima. Seandainya ini memang suratan takdir, kalaupun ini hanya keresahan semu, aku tetap  saja bimbang. Hatiku masih bergetar dan tak tenang. Rentan.

"Kau terlihat gelisah," Ayaku tiba-tiba datang. Menghampiriku yang berada didalam kamar.

"Iya yah," aku semakin menundukkan kepala.

"Kenapa?"

"Aku akan mati hari ini. Semua orang akan mati."

Ayahku tertarik kebelakang lalu menatapku kosong. Ia terkejut. Aku tak pernah melihatnya seperti itu - matanya melotot sambil bercekak pinggang. Tiba-tiba tangan kanannya ia ulurkan kepadaku, menarikku paksa dan mengajakku ke suatu tempat.


"Kita kemana, yah?" tanyaku sambil melihat kanan-kiri.

"Ikuti saja Ayah."

Diriku seakan tak ada yang menahan, aku bersama ayahku berjalan cepat menuju mobilnya. Lalu, kami pergi ke sebuah tempat asing. Di tengah perjalanan aku masih saja dalam keadaan terbebani. Apakah ini kali terakhirku bersama Ayah? Cukup lama, memakan waktu sekitar dua jam hingga kami sampai tujuan.

"Lihat sekarang sudah senja. Coba kamu lihat matahari disana?" tanya ayahku sambil berusaha keluar dari mobil. Kami dihadapan sebuah ladang teh besar.

"Iya. Aku bisa melihatnya."

"Apakah ia mengarah ketimur?"

"Tidak," jawabku singkat.

"Baguslah. Mari kita kembali kerumah," ajaknya.

Aku bingung, hatiku bertanya. Pergi sejauh ini hanya untuk menunjukkan hal tersebut? Dan kembali mengendarai mobil menuju rumah, hanya kami berdua. Walau sempat berhenti disebuah kedai makan untuk mengisi perut yang sudah menyelenggarakan konser musik beraliran rock. Hingga sampai dirumah sekitar jam sepuluh malam, aku masih bingung akan maksud Ayah. Ketakutan. Ya, aku memutuskan untuk kembali mengurung diri dikamar. Waktuku tidak lama lagi. Aku akan mati sebentar lagi.

Aku memejamkan mata namun tak sanggup untuk sekedar terlelap. Satu setengah jam berlalu begitu saja dan aku masih tak sanggup. Aku tak bisa tenang. Waktuku semakin sedikit.

Mati dalam keadaan suci? Itu akan lebih baik, pikirku. Aku mengambil wudhu dan sholat meminta kepadaNya. Jangan cabut nyawaku, kami dan semua orang dimuka bumi ini sekarang. Tiba-tiba terdengar suara letupan yang maha dahsyat, hatiku serasa terhempas. Aku mati sekarang?

Letupan itu terdengar lagi dan lagi. Terus menerus, hingga hanya menggetarkan hati, tapi tak mengejutkanku lagi. Sudah lewat tengah malam dan aku tak mati. Aku terhenyak ketika seseorang mengetuk pintu kamar. Ia Ayahku.

"Ayah, kenapa aku tidak mati?" tanyaku polos.

"Karena yang menentukan kiamat hanya Allah SWT. Selamat tahun baru anakku, semoga engkau tak lagi tertipu akan dusta penghancur itu!" jelasnya.


(Dusta Penghancur karya Basith K. Adji)
Dilarang menyebarluaskan cerpen ini tanpa izin penulis.

Bagikan Artikel di:

34 komentar:

  1. postingan kayak gini di tahun 2012? kalo aku boleh menarik benang merah,ini bisa jadi pelajaran buat kita agar semakin takut.. utk menghadapi isu2 di 2012 jg kak hehe

    BalasHapus
  2. @F u n y pelajaran buat kita agar semakin takut? atau semakin gak takut? hehehe :p

    BalasHapus
  3. Adji...lama lama jago juga kamu bikin cerpen, hebat ooeeeee... Sip lah !

    BalasHapus
  4. isu" kiamat....
    mari terus memperbaiki diri :-D

    BalasHapus
  5. bang basit postingnya pendek, tapi keren :3

    BalasHapus
  6. entah kapan kiamat pasti akan terjadi *backsound suara petir* haha

    BalasHapus
  7. Enggak mungkin kiamat terjadi di tahun 2012 soalnya tanda-tanda yang ada di Alqur'an dan Hadits tidak lengkap.Maksudnya ada beberapa tanda yang terdapat di alqur'an.Tapi semuanya tidak/belum lengkap terjadi semuanya.Kalau matahari terbit dari barat baru dah terjadi kiamat

    BalasHapus
  8. Walahhh semoga jangan taun ini donggg kiamatnya heheh~

    BalasHapus
  9. gue percaya tahun 2012 kiamat,,,

    tapi kiamat sugra (kecil) bukan kiamat qubra (besar)

    BalasHapus
  10. setujaaa banget ama kata si ayah diendingnya.

    ga ngaruh banget ama isu-isu kiamat ntuu. siapapun ga ada yang tau apa yg akan terjadi esok, sejam, semenit bahkan sedetik yang akan datang. :)

    cerpennya bagus bangeet daah :D

    BalasHapus
  11. ini modusnya sister nih bikin resah warga sekitar wakakak..nice sist :)

    BalasHapus
  12. Hahaha,,, kalau bukan hari jumat, belum kiamat Kok. Astaugfirullah, semoga di tahun ini menjadi pribadi yang lebih baik... semangat sith...

    BalasHapus
  13. @Ayu Welirang Ya, bisa dibilang begitu, tapi nggak seutuhnya sebuah cerita fantasy :)

    BalasHapus
  14. cerpen ini kok saya banget yah karakternya -_- bzz tapi baguuuuuuuuuuuuuuuuuuuuussss

    BalasHapus
  15. that's just an issue, tapi keren ini sit jadi kayak paragraf persuasif yg ngeyakinin kita kalo kiamat itu ada ditangan tuhan semata :)

    BalasHapus
  16. @Leiny_deedee Makasih yah hehehe ^_^ Baguslah kalau kamu suka :)

    BalasHapus
  17. @Andaka Pramadya Huehuehue~ Aku kan pernah bilang, genre-ku bermacam-macam bang :p makasih makasih ;)

    BalasHapus
  18. @hanif Alhamdulillah kalo kamu mikir seperti itu nif muehuehuehue~ berarti pesan yg aku ingin sampaikan bisa kamu terima dengan baik, jempol!

    BalasHapus
  19. Setuju sama hanif.
    Lebih ngeyakinin utk tetap berada di jalanNya, dan juga hidup mati seseorang siapa yg tau hanya Allah semata.
    Keren sith! Lanjutkan :D

    BalasHapus

Komentar tidak melalui seleksi apapun. Jadi, ayo berkomentar! Tapi yang beretika yah. Terima kasih untuk tidak jadi Spammer. ^_^

newer posts older posts back home