Monolog: Kisah Putih Ombak Pilu Bukan Halangan Yang Tak Dianggap Tawamu Yang Terakhir

Sabtu, 04 Februari 2012

Kau Seakan Memperkosa Diriku

Bayangku di antara senyum dua warna dari yang tercinta. Hidup pada dimensi yang sama dan mereka adalah hawa. Dua yang sama namun berbeda. Paradigma, itulah yang beraneka. Ya, salah satu dari mereka mempertimbangkan setiap lisan kata, mengalunkannya merdu dalam irama hingga aku terpaku dalam diam. Terkadang ia juga menarikku perlahan dari jurang kelam. Ia adalah ibuku. Seorang dengan rambut hitam sepanjang bahu, beriris kecoklatan dengan tinggi tubuh sedang. Ia indah bagiku.

Aku mencintainya, setara. Aku membagi kalbuku sama rata terhadap dilema. Diantara ibu dan dia. Bidadari, ya aku mungkin telah mendapatinya. Bukan, ia telah dalam dekapan. Wanita tanpa sayap yang berparadigma sebanding denganku, labil. Tanpa alasan mendasar aku juga merasakan kasihnya. Aksi reaksi yang saling setimpal membaluti cinta kami tanpa iba. Itulah yang kurasakan, kekasih. Aku menemukan kesamaan anomali jasad diantara mereka berdua, hanya kerut wajah yang tertanda. Sepertinya ia refleksi masa dimana ibuku muda. Mungkin.

"Jangan percaya dengan sembarang orang!" ujar ibu menasihatiku.

Aku tak serius menanggapi pernyataan tersebut, "Kenapa memangnya, bu?" tanyaku.

"Hanya tiga objek yang boleh kau yakini," ia melanjutkan.

Aku terkejut. Perhatianku langsung menyatu pada segelintir kata, "Tiga? Apa saja itu?" balasku.

"Tuhan, orang tua dan nuranimu."

Entahlah. Benakku seakan memvonis itu basa-basi pengisi waktu, atau bahkan hanyalah untaian kata tanpa fakta. Benar, aku tak perduli akan curahan tak bermelodi kala itu. Dan, sekarang, setelah sewindu aku merasakannya sendiri. Dunia seakan sugesti dalam bayang kelam. Aku masih mengingat rekaman nyata pada setengah dasawarsa lalu. Jelas. Masih sangat detil dibenakku.

"Janganlah kau bersamanya! Ibu tahu bagaimana dia," ibuku menolak hubungan kami.

"Tapi, kami saling mencintai?" dalihku.

"Kalian belum terikat apa-apa."

"Pacar?"

Ibuku tertawa, "Pacaran itu hanyalah sebuah ungkapan dimana kau melebih-lebihkan makna persahabatan," ujarnya.

Aku tahu. Bukan, aku baru mengerti maksud ibu sekarang. Setelah setengah windu kami menjalin kasih yang aku dapat hanyalah hampa. Hancur, mungkin lebih tepat seperti itu. Ia yang tercinta, kulihat menjalin kasih dengan pemuda lain. Segitiga? Benar.

Mungkin bisa dianalogikan seperti balon udara. Kami terbang menjelajahi cakrawala, tanpa arah dan hanya bergantung pada angin yang menghela. Terombang-ambing. Setelahnya mendarat disebuah lokasi asing yang menyesatkanku cara tersenyum. Ketakutan, ya aku menangis seperti balita kehilangan orang tua. Miris.

"Aku mencintaimu dari lubuk hatiku yang terdalam, Faris," ucapnya kala itu.

Aku dengan hati berbunga dikelabui, "Aku juga, Marisa," balasku.

Hatiku ingin melambung sampai ke bulan, meniti sunyi disana dan berteriak, "Aku punya pacar!". Sungguh, kala itu logikaku tak sampai hari ini, batinku diselimuti dengan kebahagiaan. Sementara, ya begitulah. Ia memberikanku kenangan manis dalam balutan kelam. Persis, seakan ia memperkosaku. Sebuah kenikmatan yang diperoleh, sebuah penderitaan yang ku terima. Ia mempermainkan rasa lalu mencampakkannya. Hina.

Disini. Aku hanya bisa terduduk memperingati hari jadi, menerawang bayang-bayang dalam sunyi. Mengevaluasi puing-puing hati untuk disusun kembali. Menjadi tegar, lebih kuat dan kokoh. Biarlah, selagi nadi masih berdenyut aku bisa melupakan segalanya dan memulai lembaran baru. Keyakinanku hanya pada tiga objek yang dilontarkan oleh ibu. "Sejatinya restu orang tua dan nasihatnya harus kuterima sepenuh hati," ujarku menutup lembaran hari.


(Kau Seakan Memperkosa Diriku! karya Basith K. Adji)
Dilarang menyebarluaskan cerpen tanpa izin penulis.




Bagikan Artikel di:

47 komentar:

  1. muahahaha basith lagi jatuh cinta?
    aku kah itu? #eh #abaikan
    hehehe =))

    BalasHapus
  2. jleb ya kur, lagi ngerasain itu banget hahaha....
    aku suka postingannya kaka :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Owalah senny, turut berduka yah, semangat! hehehe thanks after all :*

      Hapus
  3. kasiannn keknya galau ditinggal pacar,yups nasehat ibu terkadang sering kita tidak indahkan tapi menjadi bumerang bagi kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget randy! ^_^ fyi, ini fiksi loh, jgn pikir yg aneh2 yah hahaha :p

      Hapus
  4. ya ampun, judulnya frontal tapi isinya keren abissshh :3

    BalasHapus
  5. tenang basith , ibu maunya kamu pacaran setelah nikah kayaknya :p hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahahaha =)) pacaran setelah nikah gimana tuh >.<

      Hapus
  6. seperti kurang setuju bang dengan yang kedua: orang tua. kan engga selamanya orang tua selalu benar dan engga selamanya nasihat mereka sesuai dengan kondisi kita saat ini. orang tua juga manusia kan, kadang bisa salah. toh engga ada salahnya kalo orang tua belajar dari anak <-- apa iniiii????

    *kabur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya memang nggak selalu benar, tapi orang tua pasti akan selalu tulus memberikan sesuatu kepada anaknya dan pasti ingin yg terbaik utk anaknya :D Jadi, kita harus yakin dengan argumen orang tua, tapi jelas harus kita buktikan kalo toh nurani kita blm sepenuhnya yakin.. ^_^ sanggahan lagi? :D

      Hapus
    2. tapi itu terdengar klise bang. Menurut saya, sekarang zaman sudah berubah. Kadang ada orang tua yang 'secara tidak langsung' memasukkan anaknya sendiri ke dalam 'jurang'. Saya lebih setuju sama hati nurani, kalau hati nurani kurang yakin mending yakinin dengan berdoa kepada Tuhan, bukan? :D

      Hapus
    3. Nah! Paradigma orang memang berbeda, ini buktinya hahaha :p

      Bang daka menggunakan kata "kadang", ya yang namanya manusia memang punya sifat yang berdinamika, tapi semua orang tua PASTI ingin anaknya sukses, terkecuali anak dalam tanda kutip hasil perzinahan dan semacamnya :) Mungkin ada yang gak menginginkan anak itu sendiri. Cara merealisasikannya kesuksesan anak memang berbeda-beda setiap keluarga, jadi ada yg berfikir bahwa orang tua terkesan ingin membuatnya produktif dan dieksploitasi :D

      Kalau aku balik, sekarang justru lebih banyak anak yang kurang ajar dengan orang tua terlebih disaat orang tuanya menasihati, betul kan? Karena itulah kita harus mempertimbangkan keinginan orang tua dan yakini bahwa mereka ingin yang terbaik untuk kita.. Toh ini hidup kita, kita bisa memilih, yang terpenting ini ajakan untuk kembali hormat kepada orang tua ^_^

      Sanggahan lagi? hahaha :p

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. hmmmm nyentil banget...critanya ngalir, diksi dimana2..aku suka^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. baguslah kalau suka, alhamdulillah hehehe makasih yah :D

      Hapus
  9. untungnya skrg dapet restu dr emak :D
    heheh suka bgt ama pemilihan diksinye nih bang :))

    BalasHapus
  10. Ya, sangat sepakat dengan komentar ibumu:
    "Pacaran adalah saat kamu melebih-lebihkan persahabatan".
    Untuk itu, abaikan saja dulu sementara.. Fokuslah dengan diri dan keluarga dulu. Jika saatnya tepat, barulah engkau berhenti sejenak, keluar dari peraduanmu, mencari potongan rusuk kirimu itu.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe :D Yeeeey! bang arya setuju ^_^ Yap, bener banget bang :D

      Hapus
  11. Pacaran hanya melebih-lebihkan nilai persahabatan... whoa...

    Ya, gitu sih, emang kayanya kalo temenan aja lebih nyaman. Tapi ego kita ga mau orang yg kita sayang hilang u_u

    BalasHapus
  12. umm.. pacaran hanya melebih-lebihkan nilai persahabatan. iye ye bang. padahal enakan sahabatan loh drpd pacaran ~ eaaakk
    awalnya aja yg oke, tp ending-endingnya belom tentu oke.
    lagian ya anak jaman skrg pacaran biar dikata kece doang. apalagi skrg februari, you knowlah bang. ga punya pacar ga gaul! repot nyari gebetan sampe kesudut2 WC. padahal.. noraaaaakk ! #plak
    jadi inget novel MSSnya raditya dika "Lucu ya bagaimana semua putus cinta yg menyedihkan juga diawali oleh jatuh cinta yang menyenangkan" xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha berarti aku gak gaul dong >.< tapi aku kece loh #eh hahahaha Nah! Benar itu :D

      Hapus
    2. selow bang, kita sama2 ga gaul loh >,< iya, kece. kan bangbas 1 level diatas daniel radcliffe
      muahahhahaa :P

      Hapus
    3. Huahahahahaha *ngakak* *ngelap ingus* =))

      Hapus
  13. tersentuh bang, gw pernah ngalamin ngga dengerin orang tua cuma gara-gara cewe, dulu waktu masih ababil, pada akhirnya omongan ibu gw itu bener... betapa bodohnya gw saat itu, sampai membuat airmata nyokap gw turun...
    #jadi curcol...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oia Html nya ngga bisa di copy..

      Hapus
    2. Hahaha malah curcol =)) eh, tapi akuy bisa kok, kamu blok aja dari atas kebawah, lalu copy ^_^

      Hapus
  14. gue setuju sama daka -___- 9% pelaku kekerasan seksual terhadap anak itu bapak kandung, lho. dan pengalaman pribadi gue sendiri menunjukkan kalau orangtua itu manusia, yang nggak pernah selalu benar dan selalu saja punya salah.

    BalasHapus
  15. judulnya terlalu frontal, tapi isinya lembut, jadi sedikit rimpang menurutku, hehhe
    tapi aku suka diksi dan isi ceritanya :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, memang sengaja begitu :) Biar uhuk aja yg pembacanya ahahaha :)) oke, makasih yah

      Hapus
  16. kalau baca cerpen basith imajinasi dan khayalan bermain seirama di pikiranku :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Imajinasi dan khayalan? Berbeda tipis yah :) Baguslah hehehe :p

      Hapus
  17. Itu gambarnya kok kyk adegan di film korea ya? (lupa judulnya) Tapi yg ngintip di balik pohon adlh anak kecil :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jiaaah --" yg dikomentari malah gambarnya, itu ilustrasi aja hahaha :p

      Hapus
  18. Oh gtu. Harusnya gambar abstrak aja biar saya nyambung *kikuk kikuk*

    BalasHapus

Komentar tidak melalui seleksi apapun. Jadi, ayo berkomentar! Tapi yang beretika yah. Terima kasih untuk tidak jadi Spammer. ^_^

newer posts older posts back home