Secarik suci yang tak ternoda; itulah aku sang kertas putih. Tubuhku yang simetris dengan segala macam rupa tak menjadikan aku bangga. Walau disatu sisi mereka bilang diriku berguna. Aku menyediakan hadiah untuk mereka, berupa informasi yang tak ternilai harganya. Itu hanya kata pembaca. Setiap hari teman-temanku juga berkelana entah kemana. Seringan kumpulan kapas, begitu mudah melayang hanya dengan satu tiupan saja.
Kesana dan kemari. Aku dapat terbang ke sekolah, merelakan tubuh agar menjadi tempat bertenggernya frasa, menuangkan kembali sejarah, serta keindahan khasanah lainnya. Secara tidak langsung, aku pun berkomunikasi dengan sang pembaca, bahkan aku bisa menilik hingga ke dasar hatinya. Menangis? Tertawa? Perasaan itu begitu mudah untuk kupermainkan.