Monolog: Kisah Putih Ombak Pilu Bukan Halangan Yang Tak Dianggap Tawamu Yang Terakhir

Rabu, 11 April 2012

Monolog: Kisah Putih

Secarik suci yang tak ternoda; itulah aku sang kertas putih. Tubuhku yang simetris dengan segala macam rupa tak menjadikan aku bangga. Walau disatu sisi mereka bilang diriku berguna. Aku menyediakan hadiah untuk mereka, berupa informasi yang tak ternilai harganya. Itu hanya kata pembaca. Setiap hari teman-temanku juga berkelana entah kemana. Seringan kumpulan kapas, begitu mudah melayang hanya dengan satu tiupan saja.

Kesana dan kemari. Aku dapat terbang ke sekolah, merelakan tubuh agar menjadi tempat bertenggernya frasa, menuangkan kembali sejarah, serta keindahan khasanah lainnya. Secara tidak langsung, aku pun berkomunikasi dengan sang pembaca, bahkan aku bisa menilik hingga ke dasar hatinya. Menangis? Tertawa? Perasaan itu begitu mudah untuk kupermainkan.

Feel the molody~

Terkadang aku juga menjadi suatu karya, layaknya keindahan seni origami dari negeri sakura. Para bocah manis melipatku hingga menjadi pesawat miniatur tanpa awak, aku senang akan hal itu. Terbang terarah dengan bantuan sayap dan melenggang kearah lemparan sang bocah. Aku seperti malaikat, bukan? Hahaha!

Sepertinya jawabannya adalah tidak. Ekspektasiku terlalu tinggi. Aku tak seistimewa itu. Setelah beberapa kali penerbangan, aku berakhir di tong sampah. Segala anganku musnah dan aku tak lagi memberikan sesuatu untuk dunia. Lalu, aku berakhir?

Lagi-lagi jawabannya tidak. Aku justru merasa beruntung menjadi kertas, kala seorang pemuda memungutku di masa aku menjadi lembar yang terkhianati. Aku tahu bahwa selembar kertas yang telah lusuh tak akan kembali sempurna. Tapi, mengapa ia ingin memakaiku? Apakah aku akan menjadi sesuatu yang lebih baik ditangannya? Atau bahkan menjadi seperti abu dan debu? Entahlah, hati semakin berkecamuk dengan pikiran ini.

Laksana melempar dadu, adalah misteri dimana segala hal dapat terjadi diluar dugaan. Aku takut tentang takdirku sendiri, sungguh. Andai aku dapat bersuara, mengapa diantara banyak temanku yang lebih indah harus aku? Mengapa aku yang dipilih?

Hari beranjak larut, jingganya cakrawa telah menjemput pekatnya malam. Begitu gelap, seperti perasaan hatiku saat ini. Persis. Namun, siapakah pemuda ini sebenarnya?

Ia mulai menarik pena dari selongsong kotak pencil. Satu liukan penanya mengembalikan keceriaanku, tentang takdir terindahku. Ia menulis sesuatu. Frasa indah pun terus mengalir hingga ia hampir menyudahinya.

“Yang terindah,
Cinta yang telah terkhianati menyajikan segala pilu di hati. Tahukah engkau tentang filosofi kertas yang ternoda? Sekali lusuh tak akan pernah kembali sempurna? Itulah hatiku. Sebagai bukti aku memberikan kepercayaan kepada secarik lusuh ini ‘tuk kembali sempurna. Mampukah ia? Hanya kaulah jawabannya, Muthia.”

Aku terhenyak begitu merasakan goresan hati darinya. Tentang kesempatan yang begitu perih untuk diberi. Ia memberikanku kepercayaan? Bukan itu maksudku! Namun, lebih kepada gadis bernama Muthia ini. Mencengangkan, bukan?

Brak!

Ia terjatuh. Selang sepersekian detik denting khas kaca mata yang pecah pun mengiringi. Pekik dan rintihan menyatu. Sebuah upaya hati untuk menerima kembali pengkhianatan cinta. Ia mengais lantai dengan tergopoh sembari meremas dada, “Meskipun ini meremuk-redamkan perasaanku, aku akan percaya padamu. Lagi. Untuk kesekian kalinya.”

Aku masih tergeletak sepi dan ia tetap bertahan. Tangannya menyisir mencari keberadaanku. Ia kembali merangkulku dengan jemarinya.

Kraasss!

Aku ronyok. Mengapa? Ia melemparku kembali ke tong sampah. Lagi, mengapa memo pendek ini tak disampaikan kepada gadisnya? Pertanyaan ini menggantung begitu saja. Aku tak berhak bertanya, dan mungkin tak akan pernah bisa.

Pada akhirnya pun aku akan berakhir berteman debu. Inilah kisah putih yang sesungguhnya. Aku akan didaur ulang sampai fragmen terkecilku ikut terbelah dan musnah untuk selamanya. Walaupun begitu, aku berterima kasih atas kepercayaan sang pemuda untukku, dan mungkin juga untuk sang gadis. Lagi, terima kasih, pemuda!

(Monolog: Kisah Putih karya Basith K. Adji)
Dilarang menyebarluaskan tulisan ini tanpa izin penulis.

Bagikan Artikel di:

75 komentar:

  1. Kertas kumal berakhir di TONG SAMPAH, setidaknya dia terlahir tak pernah sia-sia.. lebih baik dari tumpukan kertas yang belum pernah terjamah setelah dibuat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyep :) Interpretasi orang memang beragam tentang posting ini hihihi :D Makasih bang ujay

      Hapus
  2. aish headernya baru bang :D
    eh apa aku yang ketinggalan berita ya --"

    BalasHapus
  3. satu kisah diantara ribuan bahkan jutaan kisah yang mungkin terjadi dari selembar kertas yang awalnya putih. seperti kata penulisnya tadi, satu kesempatan seperti lemparan dadu, tak ada yang tahu kesempatan mana yang akan muncul. seperti juga hidup, tak ada yang tahu kisah mana yang akan kita lewati dan bagaimana akan berakhir.

    nice..., mari terus berkarya....

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. thanks sith bantuannya :) so meanful :)

    BalasHapus
  6. :) hidup itu tidak selamanya mulus dan selalu berada diatas..dan filosofi kertas ini mengajarkan untuk kita agar selalu bertahan pada kondisi apapun..
    banyak hal yang tidak tersampaikan karena pesimistis..seperti laki-laki dan perempuan itu :)

    hint: kenapa harus andre namanya?? hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, bisa juga diinterpretasikan begitu :) Andre? hahaha aku ngasal aja namanya. :P

      Hapus
  7. seperti kehidupan, kita tidak tahu kapan dan bagaimana yang jelas semuanya berputar sesuai dengan alurnya :D tidak ada yg seharusnya begini atau begini :) nikmati aja dan ikhlaskan :)

    BalasHapus
  8. Cinta tidak kesampean, kertas surat yg jadi tumbal ya...

    BalasHapus
  9. makhluk ini tak pernah kehabisan kata wiihihihihih

    BalasHapus
  10. Wah, tulisanmu keren. Semakin keren karena 'aku' di dalam tulisan ini adalah benda mati, tapi kamu membuatnya hidup!

    BalasHapus
  11. wah...makin keren aja nih kata-katanya bang :D

    BalasHapus
  12. hidup bagaikan kertas kosong yang nantinya bakal diisi dengan tinta beragam warna,dan menimbulkan guratan yg berbeda setiap insannya,bila baik menjadi kenangan bila jelek tetap dia dulunya terlahir suci,putih bersih meski dikotori tangannya sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyap :) Banyak pelajaran dan interpretasi dari posting ini :D Syukurlah hehe

      Hapus
  13. keren.. baru sadar dengan filosofi kertas, sekali lusuh tak akan kembali sempurna :D

    BalasHapus
  14. saya adem bacanya, pas dibarengi sama lagu itu..

    keren - keren.. saya sepertinya juga punya perasaan yang sama kayak yang kakak tulis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi :D Makasih :) Perasaan sama dgn penulis? xD

      Hapus
  15. Saya ga bisa komentar..
    mati kata"...
    Kata" yang indah udah dipakai semua (*__*)...

    BalasHapus
  16. kertas yg sudah lusuh tak bisa kembali seperti semula :(

    meskipun di setrika Y_Y

    BalasHapus
  17. bila aku menjadi secarik kertas, aku akan menjadi lebih sadar diri kalau-kalau aku 'kan berakhir di tong sampah. karena setiap ada kehidupan ada kematian, setiap ada pertemuan ada perpisahan dan apabila ada hal-hal yang berguna, suatu saat ia akan dilupakan dan dibuang. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kesannya memang menderita sekali jadi secarik kertas *.*

      Hapus
    2. penderitaan kalau dimaknai dengan berbeda bisa jadi sebuah pengabdian :P

      Hapus
  18. Bikin header-nya dimana? bagus :)




    #Sorry komennya GJ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bikinnya pake Paint Tool SAI dibantu dengan Photoshop :)

      Hapus
  19. dari smwa ny..
    yg pling bikin trtarik adlh video ny..
    kereeennn,,,
    i like this song forever?!!!!
    ^^sesuai ma isinya..

    MAMPIR yah k blog qu...
    slam kenal

    BalasHapus
  20. Saya sangat suka blog ini… saya mengunjunginya hanya untuk sekedar memainkan kursor dan melihat efek-efek yang di tampilkan dan tak lupa pula membaca postingan yang ada, hehe…
    Karena saya bebal dan bodoh jadinya susah untuk bisa memajukan blog saya sendiri, saya ingin suatu saat blog saya bisa punya banyak follower seperti di blog ini… (wah… kok malah curhat….)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, trims kalo suka blog ini :) I believe you can! ;)

      Hapus
  21. aku adalah kertas putih yang siap ternoda hitam kapan saja dan kau buang kapan saja, selayaknya hatiku yang hanya untukmu...
    prosanya bagus... follow nd komen blogku yaaa... banyak prosa juga, he,... mohon sarannya...

    BalasHapus
  22. bang, bahasanya keren dah :D

    BalasHapus
  23. keren tulisannya. salam kenal ya...
    izin follow blognya dan salam Solid!

    BalasHapus
  24. wihhh,,
    ku kira sudh ad yg bru...
    trnyta belum...
    tpi gpp...
    pling gk mampir ke sini,qu bisa buka video nya lgi
    heheee
    :D

    BalasHapus
  25. Terenyuh bacanya. I like it! :)

    BalasHapus
  26. Baru mampir lagi dimari. Seperti biasa imajinasi lo luar biasa bgt. Kisah petualangan si kertas yg menyaksikan kisah setiap orang dengan goresan tinta dan berakhir kembali menjadi kertas putih setelah di daur ulang.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe Makasih bang feb ^_^ Aku juga udah lama gak update dan blogwalking nih, kesibukan mau ujian hehehe :D

      Hapus
  27. tulisan yang indah dan bermakna....................I like this

    BalasHapus
  28. salam gan ...
    menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
    di tunggu kunjungan balik.nya gan !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow bagus, mas.

      Sama seperti aku, yang selalu 'mempercayakan' (meminjam gaya bahasanya mas Basith) apa pun yang ada di pikiran dan perasaan ke sebuah kertas (Kalau sekarang lebih sering di keyboard) :)

      Its sad, but penuh makna.

      Hapus
  29. salam super sahabat,
    tetap semangat dan sukses selalu ya
    ditunggu kunjungan baliknya :)

    BalasHapus
  30. Muji lagi ah, kereeeeeeeeeeeeen.........

    Anyway, kamu kayaknya hobi baca yah? Kosa kata dalam satu cerita ini lumayan beragam. Jangan bilang, bacaan2mu itu sastra2 lama Indonesia? 0_o

    BalasHapus

Komentar tidak melalui seleksi apapun. Jadi, ayo berkomentar! Tapi yang beretika yah. Terima kasih untuk tidak jadi Spammer. ^_^

newer posts older posts back home