Monolog: Kisah Putih Ombak Pilu Bukan Halangan Yang Tak Dianggap Tawamu Yang Terakhir

Minggu, 01 April 2012

Kenangan Ajaib?

Memories.
Sebuah cerpen "kompilasi bersambung" bersama Andaka R. Pramadya. Silakan baca:

Part 1: Mentari Saksi Misteri!
Part 2: Setengah Malaikat

Aku menyulam rasa dibalik tunduk pasrahku. Membayang lekukan sabit yang menggantung indah di cakrawala. Tepat, itulah senyuman yang kini telah tiada. Aku tak lagi dapat menjumpainya. Tatap kepedihan ini terlukis jelas di iris mataku. Segala frasa mengalir lirih mengharap nostalgia bersama jutaan tawa. Nihil. Rasanya ingin sekali ku menghentikan waktu, atau mungkin memutarnya kembali hanya untuk menyentuh bibir manismu.

Terkadang desiran angin mengantar tidurku, sepoinya mengukir namamu, dan sejuknya menyadarkanku -- tentang dirimu. Aku tahu semua terlambat. Namun, apakah aku salah jika mengenangmu? Sekali saja. Cukup sekali setiap aku memulai hampanya dunia. Entahlah. Walau kau tak pernah membalas pertanyaan ini, aku tetap bersikeras bahwa kau selalu ada di relung hatiku.


Kau tak ubahnya sebongkah malam, terlalu singkat untuk ku naungi. Lalu, menghilang seiring datangnya pagi. Jika aku melihat dua, tiga malam lagi kebelakang, sebelum kau hadir dalam hariku. Aku tak akan seperti ini -- merana dalam sepi. Semua kenangan bersama banyak istri tak sebegitu membekas dibandingkan dengan dirimu. Mungkin hanya terukir dua patah kata untukmu: terlalu indah.

Langkahku masih menyeret merah, sepertinya kepingan beling cangkir itu masih menyelam dibalik kulitku. Kembali ke rumah, mungkin lebih tepat persinggahan satu atap, dimana kita pernah bersama disana. Cinta yang kau beri, tak sesempurna janji. Tak pula seabadi manusia setengah malaikat -- sepertiku.

"Ayah!" teriak seorang anak muda.

Aku hanya tersenyum. "Apa yang terjadi dengan kakimu? Cangkir itu, kenapa bisa pecah?" lanjutnya.

"Entahlah, nak. Ayah tak sengaja menjatuhkannya," balasku santun.

"Ayo, masuk dulu. Biarku kasih obat," ajaknya.

Ia menyanggah lenganku, membantuku untuk berjalan. Melihat caranya mengangkatku, ia cukup lembut seakan tak ingin menyakitiku. Aku tertawa dalam hati. Aku tak serapuh itu, nak. Sesaat aku terduduk diatas sofa merah muda di ruang tamu. Warna itu, aku masih mengingatnya, kaulah yang memilihnya. Tepat seminggu sebelum kau beranjak meninggalkan dunia. Untuk selamanya.

"Ayah, sebentar yah. Aku ambil obatnya dulu," tegurnya menyadarkan lamunanku.

"Oh, ah, iya."

Begitu cepat ia kembali. "Oke, luruskan kakimu, agar aku lebih mudah membalutkan perban ini," ujarnya duduk di bawah kursi.

Aku dapat menatap kesungguhannya memberi segala upaya. Hanya untukku, demi diriku. Ia jelas sepertimu, sayang. Dalam kalut kau melayaniku, menyeduh kopi dan sesekali mencecapnya untuk rasa yang terbaik. Kau juga pernah menarasikan doa, dengan segala frasa kau berharap cinta bersemi selamanya. Atau satu hal terindah, kau pernah menyulut lilin di kegelapan saat kita memulai makan malam. Sungguh romantisme cinta yang melindap dalam kesedihan. Semua tinggal kenangan.

"Sudah selesai! Ayah, apa yang sedang dipikirkan dari tadi? Aku merasa ada sesuatu," lagi-lagi ia membuyarkan lamunanku.

"Ibumu, nak."

"Ada apa dengan ibu?" tanyanya dengan rona wajah penasaran.

Aku menatap langit-langit, "Ayah sungguh rindu dengan dirinya."

"Ia telah tiada, yah. Walaupun kamu mengiba, ia tak akan kembali tiba," jelasnya.

"Iya, kau benar."

"Tahukah Ayah tentang satu keajaiban?"

Aku terhenyak tanpa bahasa. Segala rasa yang melanglang buana seketika musnah, "Maksudmu?"

"Jika Ayah mencintaiku layaknya Ibu, Ayah pasti akan mengerti," ungkapnya. Derap langkahnya  kembali menghantarkanku pada kesepian.

Sungguh ambigu. Mencintainya dan keajaiban? Laksana samudra dan gunung, dua hal bebeda yang tak ada satu-kesatuan. Aku mencintainya, seperti kau, sayang. Namun, dapatkah keajaiban itu membuatmu kembali padaku? Itu mustahil.

Apa? Kembali? Tepat. Sepertinya aku paham tentang arti keajaiban. Segala luka pilu tentangmu laksana pecut yang meremukkan tubuh, dan akhirnya akan mengarahkanku untuk bertemu dengannya, anak gadisku satu-satunya.

Aku berlari menghampirinya. Tatapku hanya meraih bagian belakang tubuhnya. Sebuah kenangan yang membawaku kepada keajaiban cinta, hal universal dan terkadang aku tak menyadarinya. "Kaulah keajaiban itu, seperti Ibumu. Aku mencintaimu, anakku!" pelukku menyudahi segala hampa dan pilu.


(Kenangan Ajaib? karya Basith K. Adji)
Dilarang menyebarluaskan cerpen ini tanpa izin penulis.

Bagikan Artikel di:

52 komentar:

  1. "Kaulah keajaiba itu, seperti ibumu, Aku mencintaimu, anakku !" ... hahaha bagian ini yang paling "mengena" , sip sip, ditunggu lagi sekuelnya :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klimaks yah? :p hahaha lanjutan bagian 4-nya ntar di blognya daka :D

      Hapus
  2. taraaaaa tiap bait yang tertuang ada keajaibannya..
    untuk yg sedikit mau memahami makna yg terkandung di dalamnya..

    2 JEMPOL..

    BalasHapus
    Balasan
    1. You got the point, bang ujay :D anw, makasih ^_^

      Hapus
  3. cerpen bersambung?
    kreatif...!

    BalasHapus
  4. seru deh suka rangkaian katanya. wih bang basith hebat! :D

    BalasHapus
  5. "Walaupun kamu mengiba, ia tak akan kembali tiba" <---entah knp suka dialog ini^^

    makin keren aj nih cerpennyah :D

    oia,,tampilan blognya jg makin yahud,,,cokolatos ahahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi :) Makasih kaka~ Iya nih, coklat2 gurih gitu #halah :p

      Hapus
  6. lama gak blogwalking kenapa tampilanmu berubah totaal :o

    ah ini cerpen ya, ahrus baca dari awal nih XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berubah itu indah nekmut :D

      Yuk mari dibaca semuanya :D

      Hapus
  7. wah...keren nih cerpen..
    design blognya ganti lagi, ow ya mau nanya mas gimana sih membuat judul widget dengan gambar sendiri kaya punaynya kamu, mohon bantuannya ya.. ditunggu. mampir ke http://abortusjahilius.blogspot.com/ jang lupa komennya...
    ow blog kamu udah aku folow, follow back ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya hanya menggunakan widget gambar, lalu judul widget-nya dihilangkan, jadi seakan-akan gambar itulah sebagai judul widget :)

      Ok, makasih yah :)

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  8. okay, jadi ini lanjutannya. siap melanjutkan bagian 4-nya bang. insyaallah hari ini jadi deh :D

    BalasHapus
  9. Suka design blognya..

    dan suka sekali sama cerpen ini.
    Indah. apalagi cerpen kolaborasi.

    Kaulah kejaiban itu, btw anaknya perempuan apa laki-laki, heheh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baguslah kalo suka hehehe :) Itu kan anak gadis, perempuan dong :P

      Hapus
  10. wah update terbaru dari bang Basith nih ^^d
    cerpennya mantap, rangkaian kata-katanya keren..

    My Blog The Ocean

    BalasHapus
  11. teringat kenanganku bersama ayahku.. :')

    BalasHapus
  12. aku baca ini dan baca postingan Daka..
    gimana kalian berdua dengan otak dan hati kalian bisa merangkai aksara sebegitu indah???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo sesuai tagline blogku, logika dan imajinasi menggoreskan sebuah arti :) Atas dasar kalimat itulah aku menulis. ^_^ Mungkin cukup jelas yah? :D

      Hapus
  13. Aku jadi ngebayangin sendiri, kalo aku gak ada Ibu, hiksss.. tapi alhamdulillah masih ada :)

    Wuihhh... headernya kece abisssssssss

    BalasHapus
  14. aku adalah seorang ibu,kalo aku juga gak ada,mudah2an bapaknya kayak gini....mencintai idan seperti mencintai aku,hikz *nangis seember*

    BalasHapus
  15. Eh berubah ya tampilan blogmu, Sith.
    *salahfokus*

    BalasHapus
  16. jadi ini persatuan antara daka dengan abang basith?
    xixixxi (jangan diterusin entar ngelantur).
    widiw dalem dalem daleeem

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin abang salah akan definisinya :) cerita yang ada di blog aku dan daka itu cerita masing2 (karya masing), jadi gini loh, aku buat cerita satu, terus daka melanjutkan, begitupula aku lagi :) Tapi dalam bentuk cerpen yang ending setiap part gak gantung seperti kebanyakan cerbung ^_^ hihihi

      Hapus
    2. Oh ya, tambahan, kita gak nulis sama2 loh, nulisnya sendiri2 dengan keinginan alurnya seperti apa, ntar yang selanjutnya harus dilanjutkan lagi :D

      Hapus
  17. wueh, cakep banget ya yang dipinggir?
    yang bilang "welcome to my blog, click me"
    *sorry nggak ngomentarin postmu, lagi kepincut sama tuh avatar, hehe

    BalasHapus
  18. manatp nich jadi penyair hehe keren rangkaian kata - katanya .... mengundang imajinasi

    BalasHapus
  19. mantap dah....kayaknya bakat jadi novelis setelah sukses degan cerpennya

    BalasHapus
  20. baca dr cerpen pertama lalu kedua dan skarang ketiga lumayan ribet krna harus bolak-balik pindah link

    tapi seruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu]
    sukses ^_^

    BalasHapus
  21. keren banget bang :D
    2 jempol cukup gak ? kwkwkw..

    BalasHapus
  22. knp gk buat bku j kak yg isny crpen kry mu

    BalasHapus

Komentar tidak melalui seleksi apapun. Jadi, ayo berkomentar! Tapi yang beretika yah. Terima kasih untuk tidak jadi Spammer. ^_^

newer posts older posts back home